Langkah Tegas Pemkot Surabaya Pasca Tragedi Pondok Pesantren Al Khoziny
Setelah terjadinya tragedi yang menimpa Pondok Pesantren Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengambil langkah tegas untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali. Salah satu tindakan yang dilakukan adalah pendataan menyeluruh terhadap seluruh pondok pesantren (ponpes) yang beroperasi di wilayah Kota Surabaya.
Pendataan ini bertujuan untuk memastikan bahwa bangunan-bangunan yang digunakan sebagai tempat belajar para santri layak dan aman. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menjelaskan bahwa fokus utama pendataan ini adalah pada ponpes yang juga menyelenggarakan sekolah formal, mulai dari SD hingga SMA.
“Kita akan melakukan pendataan terhadap semua ponpes di Surabaya. Nanti kita akan berkoordinasi dan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur,” ujar Eri dalam pernyataannya di Surabaya, Minggu (12/10).
Meskipun operasional ponpes tidak masuk dalam anggaran pemerintah, Pemkot Surabaya tetap berkomitmen untuk berkoordinasi dengan Pemprov Jawa Timur guna melihat kondisi ponpes secara keseluruhan. Pendataan ini dilakukan agar bisa memastikan kelayakan bangunan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar.
Eri menekankan bahwa perizinan merupakan aspek penting bagi Pemkot Surabaya dalam memberikan intervensi terhadap ponpes. Ia berharap seluruh ponpes memiliki izin yang sah dan sesuai standar yang berlaku.
“Jika ponpes sudah memiliki izin, maka kami bisa memberikan bantuan terhadap struktur bangunan yang ada di sana,” tambahnya.
Selain itu, Eri menyatakan siap membantu proses pengurusan perizinan bagi ponpes yang belum memiliki izin. “Kita bisa bantu terkait perizinannya karena izin itu sangat penting,” pungkasnya.
Tragedi Ambruknya Bangunan Musala di Pondok Pesantren Al Khoziny
Sebelumnya, terjadi insiden tragis saat bangunan empat lantai yang difungsikan sebagai musala di area Pondok Pesantren Al Khoziny tiba-tiba ambruk pada Senin (29/9) sekitar pukul 15.35 WIB. Kejadian ini terjadi saat para santri sedang melakukan salat Asar berjamaah pada rakaat kedua. Akibatnya, banyak santri terjebak dalam reruntuhan bangunan.
Polisi menduga awalnya kegagalan konstruksi menjadi penyebab ambruknya bangunan tersebut. Operasi pencarian dan pertolongan (SAR) akhirnya ditutup pada Selasa (7/10) pukul 10.00 WIB. Data terakhir menyebutkan korban dalam tragedi ini mencapai 171 orang, dengan rincian 104 korban selamat dan 67 kantong jenazah korban, termasuk 8 bagian tubuh.
Hingga kini, proses identifikasi jenazah masih dilakukan oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) di RS Bhayangkara. Dari total korban meninggal dunia, sebanyak 51 orang telah berhasil diidentifikasi.
Langkah Penanganan dan Pemulihan
Tragedi ini menjadi peringatan bagi seluruh pihak terkait untuk lebih waspada terhadap kondisi bangunan yang digunakan sebagai tempat ibadah dan belajar. Pemkot Surabaya berkomitmen untuk terus memastikan keamanan dan kelayakan bangunan ponpes, serta mendorong pengurusan izin yang diperlukan.
Langkah-langkah seperti pendataan, koordinasi dengan pihak provinsi, dan bantuan dalam pengurusan perizinan diharapkan dapat mencegah terulangnya kejadian serupa. Selain itu, upaya pemulihan dan bantuan kepada keluarga korban juga menjadi prioritas utama dalam penanganan pasca-tragedi.


Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.