Peran Islam dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, yang mewakili Presiden Prabowo Subianto, membuka Seleksi Tilawatil Quran dan Musabaqah Al-Hadits (STQH) Nasional XXVIII di Kota Kendari pada malam hari tanggal 11 Oktober. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa Islam tidak anti terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Justru, Islam mendorong umatnya untuk menjadi pelopor inovasi yang berakhlak mulia.
Pratikno menjelaskan bahwa Islam pernah menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dunia. Ia mengingatkan bahwa para ilmuwan Muslim masa lalu bukan hanya ahli di bidang sains dan teknologi, tetapi juga penghafal Alquran dan mampu memadukan iman dan akal dalam membangun peradaban besar. “Ini bukti bahwa iman dan akal dapat bersinergi membangun peradaban,” ujarnya.
Ia mengajak generasi muda Islam untuk terus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan nilai-nilai spiritualitas. Menurutnya, kemajuan harus dijadikan sarana memperkuat syiar Islam di tingkat global. “Kemajuan tanpa akhlak ibarat pedang tajam di tangan orang yang matanya tertutup. Di sinilah Alquran dan Hadis berperan sebagai kompas moral abadi,” tegasnya.
Menurut mantan rektor UGM Jogjakarta itu, Islam tidak pernah anti terhadap kemajuan. Tetapi mendorong umatnya menjadi pelopor inovasi yang berpijak pada nilai-nilai akhlakul karimah.
STQH sebagai Wadah Spiritual dan Pengembangan Generasi Qurani
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Agama Nasaruddin Umar menilai STQH Nasional bukan sekadar ajang kompetisi keagamaan. Namun, menjadi wasilah spiritual untuk menyemai generasi Qurani yang unggul, tangguh, dan cinta lingkungan.
Menurutnya, tema besar STQH yakni Syiar Al-Qur\’an dan Hadis: Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan, hadir sebagai jawaban atas berbagai tantangan zaman. Termasuk meningkatnya ketegangan sosial dan krisis ekologis. “Alquran dan Hadis hadir sebagai suara kenabian yang menyeru pada kasih sayang dan harmoni,” ujarnya.
Imam Besar Masjid Istiqlal itu menambahkan, penyelenggaraan STQH juga menjadi momentum untuk menanamkan kesadaran ekoteologis di kalangan umat. Bagi dia merawat lingkungan adalah bentuk zikir sosial. Dalam setiap ayat tentang alam terselip pesan keseimbangan dan keadilan ekologis. \”Maka, mencintai Alquran berarti mencintai bumi dan sesama,\” tandasnya.
Pelaksanaan STQH Nasional XXVIII di Kendari
Ajang STQH Nasional XXVIII digelar di Kendari pada 9–19 Oktober 2025 dengan melibatkan lebih dari seribu peserta dari 35 provinsi di seluruh Indonesia. Total partisipan, termasuk dewan hakim, pendamping, pelatih, dan pejabat pusat serta daerah, mencapai hampir empat ribu orang.
Pada acara ini, peserta akan berkompetisi dalam berbagai cabang lomba yang berkaitan dengan tilawah Alquran dan hadis. Selain itu, acara ini juga menjadi ajang untuk memperkuat persatuan dan kerukunan antar umat beragama, khususnya dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kesimpulan
STQH Nasional XXVIII tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga menjadi wadah untuk menginspirasi generasi muda dalam menggabungkan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai agama. Dengan tema yang relevan dengan kondisi saat ini, acara ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.
Melalui acara ini, diharapkan muncul pemimpin-pemimpin yang memiliki kecerdasan intelektual sekaligus keberanian moral dan spiritual. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi contoh negara yang mampu menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan keberlanjutan nilai-nilai keagamaan.


Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.