Fenomena \’Eldest Daughter Syndrome\’: Tekanan Tersembunyi pada Anak Perempuan Pertama dan Dampaknya

·

·

ASKAI.ID – Top UP Isi Ulang Game Murah
– Menjadi anak perempuan pertama sering kali dianggap sebagai kebanggaan keluarga. Namun di balik citra sebagai panutan dan penopang adik-adiknya, ada beban emosional yang tak kasatmata.
Banyak perempuan sulung tumbuh dengan perasaan harus selalu kuat, bertanggung jawab, dan tak boleh gagal, bahkan ketika mereka sendiri rapuh.
Fenomena parentified daughter atau menjadi ‘orang tua ketiga’ yang mereka alami bukanlah pilihan, melainkan hasil dari tuntutan keluarga yang menempatkan mereka sebagai penopang utama.
Sejak kecil, mereka terbiasa mengatur, menengahi konflik, dan mengorbankan diri demi menjaga keharmonisan rumah tangga—beban yang kerap terbawa hingga dewasa dan memengaruhi cara mereka berpikir serta membangun hubungan dengan orang lain.

Berikut beberapa poin penting yang diungkap dalam pembahasan tentang pola pengasuhan yang membuat anak sulung perempuan kerap ‘terparentifikasi.’

Beban Peran yang Muncul Sejak Kecil

Anak perempuan pertama sering kali dituntut menjadi contoh dan penjaga ketertiban keluarga. Mereka tumbuh dalam ekspektasi untuk ‘selalu benar’ dan ‘tak boleh gagal.’
Tak jarang, orang tua juga kerap menjadikan anak pertama sebagai tempat curhat atau pelampiasan emosi, seolah-olah mereka sudah cukup dewasa untuk memahami masalah orang tua.
Kebiasaan ini secara tak sadar membuat anak pertama perempuan memikul beban emosional orang tua dan belajar menekan perasaan sendiri.
Dari masa ke masa, pola ini terlihat dalam budaya maupun kisah klasik seperti karya Jane Austen, di mana perempuan sulung digambarkan harus berkorban demi kewajiban dan kehormatan keluarga.

Terjebak antara Cinta dan Tanggung Jawab

Banyak anak sulung perempuan hidup dalam dilema antara mengikuti hati atau menjalankan tanggung jawab.
Seperti Kate Sharma dalam serial Bridgerton, yang rela mengorbankan kebahagiaan pribadinya demi memastikan masa depan adiknya.
Ketika ia akhirnya jatuh cinta pada pria yang sama, benturan antara logika dan perasaan pun tak terelakkan.
Kondisi ini mencerminkan bagaimana rasa tanggung jawab yang berlebihan sering kali menekan ruang bagi kebahagiaan pribadi.

Menjadi Pengganti Orang Tua

Dalam banyak kasus, anak sulung perempuan secara otomatis mengambil peran orang tua ketika mereka tidak hadir secara fisik maupun emosional.
Tokoh seperti Fiona dalam Shameless atau Nani dalam Lilo & Stitch memperlihatkan bagaimana tanggung jawab ini membuat mereka harus ‘dewasa sebelum waktunya.’
Akibatnya, banyak perempuan sulung tumbuh dengan rasa lelah emosional, sulit mempercayai orang lain, dan kesulitan menetapkan batas dalam hubungan pribadi maupun pekerjaan.

Perfeksionisme dan Luka Psikologis

Kebiasaan untuk selalu ‘kuat’ sering berubah menjadi pola perfeksionisme yang melelahkan. Perempuan sulung terbiasa menekan emosi dan berusaha tampil sempurna agar tidak mengecewakan siapa pun.
Tokoh seperti Monica Geller dalam Friends menggambarkan pola ini dengan jelas—selalu ingin menjadi yang terbaik demi mendapat pengakuan keluarga.
Pola ini mencerminkan luka batin yang belum tersentuh, terbentuk dari perasaan bahwa kasih sayang hanya datang setelah mereka ‘berhasil.’

Konsekuensi dalam Hubungan Sosial

Tanggung jawab besar sejak kecil sering membuat perempuan sulung sulit membuka diri.
Mereka cenderung menjadi pemberi tanpa bisa menerima, takut terlihat lemah, dan sulit mempercayakan urusan pribadi pada orang lain.
Pola ini dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan, baik dengan pasangan maupun teman, karena mereka terbiasa mengutamakan kebutuhan orang lain di atas diri sendiri.

Langkah Pemulihan: Belajar Melepaskan Peran

Meski berat, keluar dari pola ini bukan hal mustahil. Dalam film Encanto, Isabela dan Luisa—dua kakak perempuan Mirabel—belajar untuk melepaskan tuntutan sempurna dan menemukan jati diri mereka sendiri.
Para terapis pun menyarankan langkah serupa: belajar berkata “tidak,” mengakui batas diri, dan memahami bahwa menjadi cukup baik pun sudah berarti.
Pemulihan dimulai saat perempuan sulung berani berhenti menjadi penyelamat bagi semua orang—dan mulai menyelamatkan dirinya sendiri.

Fenomena Eldest Daughter Syndrome menyoroti bagaimana tekanan sosial dan pola asuh dapat membentuk beban emosional jangka panjang pada perempuan sulung.
Meski banyak dari mereka tumbuh menjadi sosok kuat dan andal, kekuatan itu sering dibangun di atas kelelahan dan pengorbanan yang tak terlihat.
Kini, saatnya mereka belajar menyeimbangkan tanggung jawab dengan hak untuk hidup sebagai diri sendiri—tanpa harus selalu menjadi penyelamat bagi semua orang.


Leave a Reply

ASKAI NEWS | Kupon kode diskon: NOVEMBERAIN Selama bulan November.

Nonton Streaming Anime (Askai Anime) di AINIME.ID


 

Translate »